Kamis, 20 Desember 2012

METODE PENGINDERAAN JAUH DAN INTERPRETASI CITRA


A.      Metode Penginderaan Jauh
Metode penelitian atau metodologi suatu studi adalah design menyeluruh untuk meyelesaikan masalah penelitian. Di samping metode penelitian ada teknik  penelitian, yaitu alat khusus untuk melaksanakan metode, dapat pula diartikan sebagai cara melaksanakan sesuatu secara ilmiah. Pada analisis penginderaan  jauh yang biasa dipakai adalah metode analisis manual dengan teknik analisis fotomorfik. Metode Penginderaan jauh meliputi tujuh tahap :
1.    Perumusan masalah dan tujuan. Masalah yang telah dirumuskan dengan jelas merupakan landasan bagi perumusantujuan yang ingin dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut terkadang permasalahanyang terjadi dirumuskan sebagai sesuatu yang ingin dicapai dikurangi dengan apayang telah ada.
2.    Evaluasi kemampuan. Penilaian terhadap kemampuan menyangkut kemampuan pelaksana, tim, alat dan perlengkapan, dana, waktu. Antara tujuan dan kamampuan harus sesuai.
3.    Pemilihan prosedur untuk memilih cara kerja yang baik perlu diketahui tentang permasalahan yang adaserta tujuan dan kemampuan yang tersedia. Untuk itu dapat kita gunakan teknik  penginderaan jauh untuk memeperkecil biaya dan waktu pelaksanaan.
4.    Persiapan
A.    Menyiapkan data acuan (data yang diperlukan dalam interpretasi citra tetapi bukan berasal dari citra penginderaan jauh > monografi daerah, laporan penelitian, makalah, buku dan peta).
B.      Menyiapkan data penginderaan jauh (data hasil perekaman obyek dengan menggunakan sensor buatan > citra foto, nonfoto atau data numerik harus disesuaikan dengan tujuan dan kemampuan).Contoh : data berupa citra, maka metode yang dipakai adalah analisis visual/ manual, untuk data numerik metode analisisnya adalah analisis digital dengan menggunakankomputer. Ada empat langkah yang harus dilakukan untuk menyiapkan data penginderaan jauh :
·         pembuatan peta indeks > menunjukkan lokasi tiap jalur foto beserta nomernya.
·         penentuan orientasi.
·         penghitungan skala.
·         penyusunan dalam simpanan.
C.     Menyiapkan mozaik > serangkaian foto daerah tertentu yang bertampalan disusun menjadi satu lembar foto. Manfaat mozaik : memperoleh gambaran umum atas daerah penelitian sebelum dilakukan interpretasi citra secara rinci, menempatkan titik-titik kontrol tepi, merencanakan jalur lintas dan menyediakan peta bagi daerah yang belum ada petanya.
D.     Orientasi medan (bila mungkin).Dilakukan apabila tidak dapat diperoleh data acuan/ obyek yang diinterpretasi sulit dikenali pada foto.
5.    Interpretasi data (uji lapangan dan interpretasi ulang).
A.    Interpretasi Secara Digital > dasarnya berupa klasifikasi pixel berdasarkan nilai spektralnya.
B.     Interpretasi Secara Visual
·         Vink (1965 )
Deteksi > identifikasi dan pengenalan > analisis > deduksi > klasifikasi > idealisasi
·         Lo (1976)
Deteksi > merumuskan identitas obyek dan elemen > mencari arti melalui proses analisis dan deduksi > klasifikasi > teorisasi
·         Roscoe(1960)
Interpretasi awal > pembuatan peta kerja >  pekerjaan medan > tinjauan kembali atas masalah dan metode > interpretasi akhir > kesimpulan dan uji medan > penyajian hasil.
·         Umali(1983)
Analisis citra > interpretasi citra > interpretasi disipliner terinci
·         Estes et al
Analisis citra > cara manual dan digital > analisis > teknik dan data bantu > unsure
6.    Penyajian laporan
A.    Penelitian murni > analisisnya pada bidang penginderaan jauh
·         Mengkaji korelasi spektral data tunggal (data digital maupun visual) > korelasi sifat spektral tanah dan ujudnya pada citra
·         Mengkaji korelasi spektral pada data multispektral (foto multispektral, citra multispektral/ data digital) >  penyajian laporan tidak harus berupa peta
B.     Penelitian terapan >  penginderaan jauh membantu dalam perolehan data dan analisis spasialnya. Misalnya untuk pertanian, geologi.
7.    Uji ketelitian. Uji ketelitian sangan penting untuk dilaksanakan. Ketelitian data hasil interpretasi sangat penting untuk diketahui sebelum dilakukan analisa terhadap data tersebut. Salah satu cara yang digunakan untuk uji ketelitian dalam analisis digital data penginderaan jauh adalah dengan menggunakan komputer, cara lain yang dapat pula digunakan pada analisis manual atau visual data penginderaan jauh yaitu dengan mengubah pixel menjadi grid / petak-petak bujur sangkar atau menjadi luas bagi masing-masing kelas hasil interpretasi.

B.       Interpretasi Citra
Interpretasi citra penginderaan jauh dapat dilakukan dengan dua cara yaitu interpretasi secara manual dan interpretasi secara digital (Purwadhi, 2001). Interpretasi secara manual adalah interpretasi data penginderaan jauh yang mendasarkan pada pengenalan ciri/karakteristik objek secara keruangan. Karakteristik objek dapat dikenali berdasarkan 9 unsur interpretasi yaitu bentuk, ukuran, pola, bayangan, rona/warna, tekstur, situs, asosiasi dan konvergensi bukti.
Interpretasi secara digital adalah evaluasi kuantitatif tentang informasi spektral yang disajikan pada citra. Dasar interpretasi citra digital berupa klasifikasi citra pixel berdasarkan nilai spektralnya dan dapat dilakukan dengan cara statistik. Dalam pengklasifikasian citra secara digital, mempunyai tujuan khusus untuk mengkategorikan secara otomatis setiap pixel yang mempunyai informasi spektral yang sama dengan mengikutkan pengenalan pola spektral, pengenalan pola spasial dan pengenalan pola temporal yang akhirnya membentuk kelas atau tema keruangan (spasial) tertentu.

SUMBER :
Purwadhi, Sri Hardiyanti. 2001. Interpretasi Citra Digital. Grasindo. Jakarta
http://mbojo.wordpress.com/2007/07/22/interpretasi-citra-pengindraan-jauh/. 2007. “Interpretasi Citra Pengindraan Jauh” dalam Wordpress. Diunduh pada 14 September 2012.
http://www.scribd.com/doc/53163381/TUGAS-PENGINDERAAN-JAUH-DASAR-p-harnen. 2012. “Tugas Penginderaan Jauh Dasar” dalam Google. Diunduh pada 14 September 2012.

APLIKASI SIG UNTUK ANALISIS INTERAKSI KERUANGAN


SIG merupakan sistem berbasis komputer yang didesain untuk mengumpulkan, mengelola, memanipulasi, dan menampilkan informasi spasial (keruangan) berupa informasi yang mempunyai hubungan geometrik dalam arti bahwa informasi tersebut dapat diukur, dihitung, dan disajikan dalam sistem koordinat rujukan/bidang hitung yang baku, dengan data berupa data digital yang terdiri dari data posisi (data spasial) dan data semantiknya (data atribut).
Spatial Analysis (analisis keruangan) merupakan faktor-faktor dan pola penyebaran serta pengendalian pola untuk tujuan efisiensi dan keseimbangan. Tujuan dari analisis keruangan adalah untuk mengukur apakah kondisi yang ada sesuai sesuai dengan struktur keruangan, dan menganalisa interaksi antar unit keruangan yaitu hubungan antara ekonomi dan interaksi keruangan, aksesibilitas antara pusat dan perhentian suatu wilayah, dan hambatan interaksi, hal ini didasarkan oleh adanya tempat-tempat (kota) yang menjadi pusat kegiatan bagi tempat-tempat lain, serta adanya hirakri diantara tempat-tempat tersebut.
Sistem Informasi Geografis dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem manual (analog), dan sistem otomatis (yang berbasis digital komputer). Perbedaan yang paling mendasar terletak pada cara pengelolaannya. Sistem Informasi manual biasanya menggabungkan beberapa data seperti peta, lembar transparansi untuk tumpang susun (overlay), foto udara, laporan statistik dan laporan survey lapangan. Kesemua data tersebut dikompilasi dan dianalisis secara manual dengan alat tanpa komputer. Sedangkan Sistem Informasi Geografis otomatis telah menggunakan komputer sebagai sistem pengolah data melalui proses digitasi. Sumber data digital dapat berupa citra satelit atau foto udara digital serta foto udara yang terdigitasi. Data lain dapat berupa peta dasar terdigitasi (Nurshanti, 1995).
Satu hal yang membedakan dan merupakan ‘kekuatan’ utama SIG dibandingkan dengan sistem iinformasi lainnya adalah kemampuannya dalam melakukan analisis keruangan. Disamping mampu melakukan analisis keruangan SIG sering juga dimanfaatkan untuk analisis visual (biasanya untuk studi social ekonomi), analisis tematikal/topical, analisis temporal. Analisis keruangan dalam SIG antara lain berupa union, merge, intersect, clip, dissolve, dll Dalam pengembangannya di Indonesia, kemampuan SIG yang membedakan dengan sistem informasi lainnya ini kurang banyak terimplementasikan. Salah satu penyebabnya antara lain kurang tersedianya data yang siap diolah (peta) dan atau kurangnya sharing data, sehingga pengembangan SIG lebih banyak ke entry data yang kurang lebih akan memakan dana/tenaga 60-70%. Alasan GIS dibutuhkan adalah karena untuk data spatial penanganannya sangat sulit terutama karena peta dan data statistik cepat kadaluarsa sehingga tidak ada pelayanan penyediaan data dan informasi yang diberikan enjadi tidak akurat. Berikut adalah dua keistimewaan analisa melalui Geographical information system (GIS) yakni:
·         Analisa Proximity
Analisa Proximity merupakan suatu geografi yang berbasis pada jarak antar layer. Dalam analisis proximity GIS menggunakan proses yang disebut dengan buffering (membangun lapisan pendukung sekitar layer dalam jarak tertentu untuk menentukan dekatnya hugungan antara sifat bagian yang ada.
·         Analisa overlay
Proses integrasi data dari lapisan-lapisan layer yang berbeda disebut dengan overlay. Secara analisa membutuhkan lebih dari satu layer yang akan ditumpang susun secara fisik agar bisa dianalisa secara visual.
Adapun beberapa karakter SIG yaitu:
Merupakan suatu sistem hasil pengembangan perangkat keras dan perangkat lunak untuk tujuan pemetaan, sehingga fakta wilayah dapat disajikan dalam satu sistem berbasis komputer. Perbedaannya dengan Sistem Informasi lainnya: data dikaitkan dengan letak geografis, dan terdiri dari data tekstual maupun grafik. Bukan hanya sekedar merupakan pengubahan peta konvensional (tradisional) ke bentuk peta dijital untuk kemudian disajikan (dicetak / diperbanyak) kembali. Mampu mengumpulkan, menyimpan, mentransformasikan, menampilkan, memanipulasi, memadukan dan menganalisis data spasial dari fenomena geografis suatu wilayah. Mampu menyimpan data dasar yang dibutuhkan untuk penyelesaian suatu masalah.

Sumber :
http://ifatrah.blogspot.com. 2010.  “Review Litelatur Aplikasi SIG  Untuk Analisis Interaksi Keruangan” dalam Google. Diunduh pada 8 Desember 2012.
http://rudiono.multiply.com. 2009. “Beberapa Penerapan Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System) dalam Kehidupan”  dalam Google. Diunduh pada 8 Desember 2012.
staff.ui.ac.id. 2003. “Syllabus Kuliah Sistem Informasi Geografis “  dalam Google. Diunduh pada 8 Desember 2012.

Peta Administrasi Kota Semarang


Peta Administrasi Kecamatan Candisari Semarang


ANALISIS ALOKASI LOKASI FASILITAS

   Penentuan lokasi dalam suatu kegiatan merupakan hal yang sangat penting, tidak hanya pada lokasi industry namun juga pada kegiatan lain. Fasilitas adalah faktor atau hal-hal yang menunjang dalam kehidupan sehari-hari. Fasilitas berperan penting untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup. Dalam penentuan lokasi fasilitas pun sangat penting karena pada umumnya banyak dijumpai berbagai masalah dalam hal ini. Namun tak semudah itu mengalokasi dan menentukan lokasi fasilitas, terdapat banyak permasalahan umum seperti kapasitas atau ukuran dari fasilitas tersebut, jumlah fasilitas yang diperlukan, dan lokasi-lokasi yang tepat untuk fasilitas. Sebuah daerah tentunya luas dan cakupannya banyak, maka diperlukan fasilitas yang ukuran dan cakupannya juga seimbang.
Begitu pula jumlah yang diperlukan, kadang satu fasilitas belum memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat di satu daerah karena kurang jumlahnya. Penempatan lokasi fasilitas juga harus strategis karena digunakan oleh umum. Kondisi penduduk daerah perkotaan umumnya tersebar tidak merata dan penduduk tetap harus mendapatkan pelayanan dari fasilitas yang dialokasikan di tempat yang berbeda-beda. Namun yang pasti semua penduduk berhasrat sama agar lokasi fasilitas-fasilitas itu benar-benar memiliki kemudahan untuk dicapai (most accessible) untuk melakukan berbagai kegiatan penduduk (Rushton, 1973). Oleh karena itu suatu fasiliats harus berlokasi pada tempat-tempat yang memiliki kemudahan untuk dicapai.
   Lokasi untuk pelayanan umum biasanya ditentukan oleh biaya yang dapat dijadikan masyarakat. Lokasi ini pun mempunyai banyak pilihan. Dari pilihan yang ada tersebut masyarakat akan memilih yang berada dalam posisi most accessible bagi mereka. Tidak hanya pada masalah lokasi umum namun pada masalah lain mereka juga akan tertarik pada fasilitas yang most accessible. Pengertian most accessible sendiri menurut pendapat Rushton (1973) adalah:
1.      Jumlah jarak (total) semua penduduk dari fasilitas yang terdekat adalah minimum. Kriteria ini disebut juga meminimalkan jarak rata-rata atau disebut dengan kriteria jarak rata-rata.
2.      Jarak terjauh dari penduduk ke fasilitas yang terdekat adalah minimun. Kriteria ini disebut meminimalkan jarak maksimum.
3.      Jumlah penduduk disekitar masing-masing fasilitas yang terdekat kira-kira sama. Kriteria ini disebut kesamaan penetapan.
4.      Jumlah penduduk disekitar fasilitas yang terdekat selalu lebih besar dari jumlah tertentu. Kriteria ini disebut kendala batas ambang.
5.      Jumlah penduduk didaerah sekitar fasilitas yang terdekat tidak pernah lebih besar dari jumlah tertentu. Kriteria ini disebut kendala kapasitas.
Persebaran penduduk di suatu wilayah yang tidak merata juga dapat menimbulkan permasalahan terhadap jumlah dan alokasi lokasi fasilitas. Penduduk tersebut harus bisa mendapatkan beberapa faslitas yang berlokasi pada tempat yang terpisah, sedangkan jarak yang ditempuh akan berpengaruh pada biaya trasnportasi. Solusi yang dapat diberikan terhadap permasalahan ini antara lain dengan memaksimalkan aksesibilitas masyarakat terhadap fasilitasnya baik dalam pelayanan maupun informasi serta dengan memaksimalkan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki.
Diperlukan suatu aktivitas transportasi atau pergerakan penduduk guna mendapatkan fasilitas yang dibutuhkan. Transportasi sendiri berkaitan dengan aksesibilitas. Terdapat beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam aksesibilitas, antara lain :
1.      Jarak rata-rata : total jarak semua penduduk dari fasilitas terdekatnya adalah minimum, atau minimasi jarak agregat rata-rata
2.      Jarak minimal : jarak terjauh penduduk dari fasilitas terdekatnya adalah minimum
3.      Pembebanan sama : jumlah penduduk pada wilayah yang berdekatan di sekitar setiap fasilitas kurang lebih sama
4.      Ambang batas : jumlah penduduk pada wilayah yang berdekatan di sekitar setiap fasilitas selalu lebih besar dari suatu jumlah tertentu
5.      Batas kapasitas : jumah penduduk pada wilayah yang berdekatan di sekitar setiap fasilitas tidak lebih dari suatu jumlah tertentu
    Kriteria-kriteria di atas tergantung pada jenis fasilitas dan prefensi dalam mengambil keputusan. Penggunaan kriteria-kriteria tesebut dapat dikombinasikan misalnya, antara jarak rata-rata dengan ambang batas. Diperlukan banyak pertimbangan dalam pengalokasian lokasi fasilitas. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan meminimalkan jarak dan dapat digunakan analisis p-median  untuk mencapainya. Hakimi (1964) dan Swain (1970) dalam Ashar (2002) menyebutkan bahwa salah satu dari model yang paling populer untuk masalah loaksi fasilitas publik adalah metode P-Median. Masalah loaksi dapat disederhanakan dengan menghubungkan antara lokasi fasilitas dengan lokasi demans yang dapat meminimalkan bobot total jarak tempuh atau waktu tempuh sehingga dapat membantu pengguna untuk mendapatkan fasilitas terdekat. Adapun dasar dari metode P-Median adalah:
1.      Pelayanan diberikan oleh simpul-simpul pelayanan,
2.      Heterogenitas wilayah ditunjukan oleh adanya simpul-simpul dan panjang jarak antar simpul,
3.      Biaya transportasi adalah fungsi dari bobot simpul dan jarak.
       Metode P-Median pertama kali dipelajari pada tahun 1964 oleh Hakimi dan kemudian tahun 1974 Shajamadas dan H.Benyamin Fisher menggunakan metode ini sebagai salah satu cara dalam menentukan hirarki loaksi untuk satuan wilayah perencanaan daerah pedesaan di India. P-Median merupakan salah satu jenis model optiamsi. Model ini pada dasarnya bertujuan untuk menentukan lokasi fasilitas pelayanan atau pusat pelayanan (supply center) agar tingkat pelayanan yang diberikan oleh fasilitas dan pusat tersebut kepada penduduk (demand point) yang tersebar secara tidak merata  dalam suatu area menjadi optiaml. Dalam metode ini, pusat pelayanan merupakan titik yang akan ditentukan lokasinya, sedang titik permintaan merupakan loaksi yang telah ditentukan terlebih dahulu. Dasar dari metode P-median adalah teori yang menyatakan bahwa titik optimum dari suatu jaringan yang dapat meminimumkan jumlah perkalian jarak terpendek dengan bobot dari semua simpul adalah titik yang berasal dari simpul pada ajringan (Rushton, 1979).

Sumber :
http://annisamuawanah.blogspot.com.2012. “Alokasi Lokasi Fasilitas” dalam Google. Diunduh pada 29 November 2012.
http://ifatrah.blogspot.com. 2010. “Alokasi Lokasi Fasilitas” dalam Google. Diunduh pada 29 November 2012.
http://nenghennyzone.blogspot.com. 2010. “Alokasi Lokasi Fasilitas Tugas Analok” dalam Google. Diunduh pada 29 November 2012.